Questions? +1 (202) 335-3939 Login
Trusted News Since 1995
A service for political professionals · Thursday, July 17, 2025 · 831,564,655 Articles · 3+ Million Readers

Enam Bulan Pertama Trump Diwarnai Dekrit Mengejutkan dan Ketegangan dengan The Fed

Peta dunia bergaya dengan latar belakang bendera AS yang memudar, dilapisi garis-garis koneksi bercahaya dan sorotan pada pusat-pusat keuangan utama. – EBC

Getaran geopolitik mengguncang pasar — EBC Financial Group menyoroti dampak global dari enam bulan pertama masa jabatan Trump, yang ditandai oleh serangkaian perintah eksekutif dan ketegangan kebijakan moneter yang meningkat.

EBC Financial Group menyoroti langkah-langkah strategis pemerintahan Trump, reaksi pasar keuangan, dan arah ekonomi-politik dunia yang terus bergeser.

DC, UNITED STATES, July 17, 2025 /EINPresswire.com/ -- Dari euforia “Trump Trade” menjelang Pemilu AS hingga enam bulan pertama masa kepresidenan Donald Trump yang kedua, peta keuangan global berguncang. Langkah-langkah politik yang mengejutkan, mulai dari tarif dagang yang agresif, reformasi fiskal, hingga sikap terbuka terhadap kripto, menjadi penanda era baru yang sarat ketidakpastian.

Menurut analisis EBC Financial Group (EBC), periode ini mencerminkan ketidakpastian kebijakan yang tinggi serta keseimbangan rapuh yang mesti dijaga pasar antara harapan dan risiko. Bagi investor, pelaku usaha, dan pemerintahan, paruh awal masa jabatan Trump ini berlangsung dalam tensi tinggi.

Kejutan Kebijakan: Tarif, Perang Dagang, dan Reaksi Pasar

Narasi ekonomi Trump kembali berpijak pada proteksionisme. Setelah sempat menunda kebijakan tarif yang memicu reli lega di bursa global, Trump meresmikan tarif “Liberation Day” pada awal April. Reaksi pasar pun tajam. CEO EBC Financial Group (UK) Ltd., David Barrett, mengatakan pasar sangat sensitif terhadap keputusan sepihak seperti ini. “Pasar tidak hanya menanggapi kebijakan, tapi juga impuls politik berikutnya. Ini bukan cuma soal rantai pasok, tapi perubahan alur perdagangan global,” ujar Barrett.

Bursa saham sempat anjlok, lalu pulih sebagian saat pemerintah mengumumkan jeda implementasi selama 90 hari. Namun masa jeda itu telah habis. Mulai 1 Agustus, kebijakan tarif baru akan berlaku penuh. Dalam skema ini, tarif dasar sebesar 10 persen akan dikenakan untuk sebagian besar negara, sementara negara seperti Afrika Selatan, Malaysia, dan Thailand menghadapi tarif 25–40%. Impor tembaga dikenai tarif 50%, dan barang transshipment dari Vietnam dikenai bea tambahan 40%. Kesepakatan dagang telah tercapai dengan Inggris dan Vietnam, sementara negosiasi dengan Uni Eropa, Kanada, dan Tiongkok masih belum jelas arahnya.

Indikator Ekonomi yang Campur Aduk

Meski gejolak terasa, indikator utama ekonomi AS menunjukkan stabilitas relatif. Inflasi yang sempat naik ke 3% pada Januari kini melandai ke 2,4%. Pertumbuhan lapangan kerja sempat melambat, terutama di sektor manufaktur dan pemerintahan federal, di mana 22.000 posisi dipangkas sebagai bagian dari “efisiensi birokrasi”. Namun, laporan ketenagakerjaan Juni mengejutkan dengan penambahan 147.000 lapangan kerja, melebihi ekspektasi pasar yang hanya sekitar 110.000. Tingkat pengangguran pun turun dari 4,2% ke 4,1%.

Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika terkontraksi 0,5% secara tahunan pada kuartal pertama, penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Para ekonom menilai lonjakan impor dan penumpukan stok menjelang tarif sebagai faktor temporer, namun lemahnya belanja konsumen dan sektor perumahan memberi sinyal adanya tekanan struktural.

“Kalau dilihat sepintas, datanya tampak stabil. Tapi ada cerita yang tersembunyi di baliknya,” ujar Barrett. “Penjualan ritel melemah, konstruksi melambat, dan kepercayaan konsumen menurun. Kita belum tahu ini perlambatan siklus biasa, atau tanda awal dari krisis yang lebih dalam.”

Kemenangan Legislatif, Ekspansi Fiskal, dan Perpanjangan Batas Utang

Selain sederet perintah eksekutif, Trump mencatat kemenangan legislatif penting lewat pengesahan Big Beautiful Bill setebal 900 halaman pada akhir Juni. Undang-undang ini mempermanenkan pemotongan pajak 2017, memperkenalkan insentif pajak terarah, memangkas anggaran Medicaid, serta menaikkan alokasi belanja untuk pertahanan dan keamanan perbatasan. Di saat yang sama, batas utang AS diperluas sebesar US$5 triliun, memberi ruang bagi Departemen Keuangan untuk terus menerbitkan utang dan menghindari potensi penutupan pemerintahan.

Pasar merespons secara beragam. Di satu sisi, regulasi ini membawa kejelasan soal arah kebijakan pajak dan meredakan kekhawatiran fiskal jangka pendek. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran baru terkait arah jangka panjang utang pemerintah, terutama karena lonjakan belanja militer dan infrastruktur berlangsung secara bersamaan.

“Amerika Serikat berhasil membeli waktu, tapi dengan harga berupa tekanan fiskal yang semakin besar,” kata Barrett. “Kini pasar menanti: apakah kebijakan ini mampu mendorong produktivitas dan pertumbuhan nyata, atau justru hanya menunda krisis yang tak terhindarkan.”

Nilai Tukar Dolar Melemah dan Dilema The Fed

Sejak Maret, nilai tukar dolar AS terus melemah. Penyebabnya beragam: kekhawatiran atas dampak tarif terhadap pertumbuhan, lonjakan utang publik, dan spekulasi soal arah kebijakan The Fed. Trump secara terbuka mendesak agar suku bunga diturunkan. Namun Ketua The Fed, Jerome Powell, masih bertahan dengan alasan inflasi.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun yang sempat mendekati 4,8% kini stabil di kisaran 4,0–4,6%, sedikit naik ke sekitar 4,4% dalam beberapa pekan terakhir. Namun arah kebijakan The Fed tetap diselimuti tekanan politik dan ekonomi. “Inflasi memang menurun, tapi dampak tarif belum sepenuhnya terasa,” ujar Barrett. “Jika harga barang naik dan margin korporasi tergerus, The Fed bisa terjepit: ditekan secara politik untuk menurunkan suku bunga, tapi secara ekonomi dipaksa menahannya.”

Inflasi memang mereda untuk saat ini, namun dampak penuh dari tarif belum sepenuhnya tercermin di pasar,” ujar Barrett. “Jika biaya produksi terus naik dan margin keuntungan perusahaan menyusut, The Fed bisa berada di posisi serba salah, ditekan secara politik untuk menurunkan suku bunga, tapi secara ekonomi justru dituntut untuk tetap bertahan. Ini situasi yang sangat rumit.”

Lonjakan Kripto, Penuh Pro dan Kontra

Salah satu kejutan terbesar dalam masa jabatan kedua Trump adalah dukungannya terhadap aset digital. Maret lalu, pemerintah mengumumkan pembentukan cadangan strategis Bitcoin. Tak lama, muncul pula koin kripto resmi dari kubu Trump, $TRUMP, yang langsung meroket nilainya. Namun langkah ini menimbulkan kontroversi etis.

Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) pun membentuk satuan tugas khusus untuk menyusun kerangka regulasi baru bagi sektor kripto. Dukungan Trump terhadap Web3 serta masuknya figur pro-kripto dalam pemerintahan menimbulkan harapan bahwa regulasi digital aset di AS akan lebih longgar ke depan.

Namun kritik tak bisa dihindari. “Seorang presiden yang mempromosikan memecoin pribadi memicu konflik kepentingan serius,” kata Barrett. “Kalau industri ini ingin dewasa, harus ada kejelasan hukum. Bukan sekadar branding politik.”

Dampak Global dan Imbas bagi Inggris

Dampak kebijakan Trump dirasakan hingga ke mancanegara. Di Inggris, pelaku usaha mencermati peluang dan risiko. Penurunan perdagangan AS–Tiongkok bisa membuka pasar baru bagi eksportir Inggris, terutama di sektor yang terdampak tarif. Namun lonjakan harga energi akibat perubahan alur perdagangan AS–UE bisa menekan inflasi di Eropa.

Produsen Inggris juga menghadapi tantangan baru dalam prosedur kepabeanan. Kebijakan impor AS yang lebih ketat dapat memicu biaya kepatuhan yang lebih tinggi dan waktu pengiriman lebih lama. Bagi perusahaan yang selama ini berfokus ke pasar Eropa, ini bisa menjadi momentum diversifikasi ke AS atau Asia Pasifik.

“Dalam proteksionisme, selalu ada pihak yang untung dan rugi,” ujar Barrett. “Kuncinya adalah mengukur eksposur, bertindak cepat, dan menyesuaikan diri dengan permintaan global yang berubah.”

Pasar yang Bergejolak, Masa Depan yang Masih Samar

Di tengah perubahan cepat ini, masa depan ekonomi AS masih belum pasti. The Fed memperkirakan pertumbuhan PDB hanya 1,4% tahun ini, turun dari 2,4% tahun lalu. Inflasi dan pengangguran memang masih terkendali, tapi kombinasi kebijakan dari tarif, pemotongan pajak, ekspansi fiskal, hingga regulasi kripto terus menciptakan bayang-bayang ketidakpastian.

Namun sebagian investor tetap optimistis. Laba perusahaan masih tangguh, pasar kerja relatif stabil, dan reformasi struktural mungkin bisa menjadi penopang jangka panjang.

“Ini bukan masa untuk bersantai,” kata Barrett menutup. “Investor harus waspada. Kita sedang memasuki era pasar yang digerakkan kebijakan, di mana satu dekrit saja bisa mengubah arah ekonomi global dalam semalam.”

### 

Tentang EBC Financial Group

Didirikan di London, EBC Financial Group (EBC) adalah merek global yang dikenal atas keahliannya di bidang pialang keuangan dan manajemen aset. Melalui entitas yang teregulasi di berbagai yurisdiksi keuangan utama,ctermasuk Inggris, Australia, Kepulauan Cayman, Mauritius, dan lainnya, EBC memberikan akses bagi investor ritel, profesional, dan institusional ke pasar global serta berbagai peluang perdagangan, mulai dari mata uang, komoditas, hingga kontrak derivatif (CFD) dan instrumen lainnya.

EBC dipercaya oleh investor di lebih dari 100 negara dan telah meraih berbagai penghargaan internasional, termasuk “Best Trading Platform” dan “Most Trusted Broker”. Grup ini memiliki lisensi dari FCA (UK), ASIC (Australia), CIMA (Cayman), dan FSC (Mauritius).

Dengan tim profesional berpengalaman lebih dari 40 tahun, EBC mengedepankan integritas, transparansi, dan keamanan aset klien. EBC juga menjalin kemitraan strategis global, termasuk sebagai mitra resmi FX FC Barcelona dan mendukung inisiatif sosial seperti United to Beat Malaria (UN Foundation), Oxford Economics, dan berbagai program pendidikan dan keberlanjutan lainnya.

Di balik nama besar EBC, ada tim berpengalaman yang telah malang melintang lebih dari 40 tahun di institusi keuangan global. Mereka telah melewati berbagai siklus ekonomi penting, dari kesepakatan Plaza Accord, krisis franc Swiss 2015, hingga gejolak pasar akibat pandemi COVID-19. Budaya kerja di EBC menjunjung tinggi integritas, rasa hormat, dan keamanan aset klien, memastikan setiap hubungan dengan investor ditangani dengan keseriusan penuh.

EBC juga menjadi mitra resmi valuta asing bagi klub sepak bola FC Barcelona, serta terus mendorong kemitraan berdampak untuk memberdayakan masyarakat. Beberapa di antaranya melalui inisiatif United to Beat Malaria dari UN Foundation, kolaborasi dengan Departemen Ekonomi Universitas Oxford, dan dukungan terhadap beragam program di bidang kesehatan global, ekonomi, pendidikan, dan keberlanjutan. 

https://www.ebc.com/ 

Michelle Siow
EBC Financial Group
+60 163376040
michelle.siow@ebc.com
Visit us on social media:
LinkedIn
Instagram
Facebook
YouTube
X
Other

Powered by EIN Presswire

Distribution channels: Banking, Finance & Investment Industry, Business & Economy, Culture, Society & Lifestyle, U.S. Politics, World & Regional

Legal Disclaimer:

EIN Presswire provides this news content "as is" without warranty of any kind. We do not accept any responsibility or liability for the accuracy, content, images, videos, licenses, completeness, legality, or reliability of the information contained in this article. If you have any complaints or copyright issues related to this article, kindly contact the author above.

Submit your press release